PENGARUH PEMBERIAN POLYETHILENE GLIKOL PADA KULIT BUAH KOPI TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING, ORGANIK DAN SERAT KASAR SECARA IN VITRO
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Limbah pada dasarnya adalah suatu bahan
yang tidak dipergunakan kembali dari hasil aktivitas manusia, ataupun
proses-proses alam yang belum mempunyai nilai ekonomi, bahkan mempunyai nilai
ekonomi yang sangat kecil. Pemanfaatan limbah merupakan salah satu alternatif
untuk menaikkan nilai ekonomi limbah tersebut. Oleh karena itu perlu dicari
sumber pakan lain yang dapat menggantikan hijauan tersebut serta dapat
mengurangi ketergantungan pada rumput. Salah satunya yaitu pemanfaatan limbah
kulit buah kopi (Murni et al., 2008).
Indonesia adalah produsen kopi terbesar
ketiga di dunia setelah Brazil dan Vietnam dengan menyumbang sekitar 6% dari
produksi total kopi dunia, dan Indonesia merupakan pengekspor kopi terbesar
keempat dunia dengan pangsa pasar sekitar 11% di dunia (Raharjo,
2013). Produksi kopi Indonesia telah mencapai 600.000 ton pertahun dan lebih
dari 80% berasal dari perkebunan rakyat.
Kulit buah kopi merupakan komponen terbesar dari pengolahan
buah kopi yang sampai saat ini belum termanfaatkan. Pada tahun 2014 luas tanaman
kopi di Provinsi Jambi mencapai 14.214
ha dengan produksi kopi 12.845 ton (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2014). Golh
(1981), menyatakan bahwa dari pengolahan buah kopi akan menghasilkan biji kopi
sebesar 40%, kulit kopi 45%, lender 10% dan kulit ari 5%. Berdasarkan data
diatas maka tersedia limbah berupa kulit kopi sebesar 5.780 ton setiap tahunnya
dan dibiarkan terbuang tanpa ada pemanfaatan yang berarti.
Salah satu limbah yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan
ternak ruminansia adalah kulit buah kopi. Kulit buah kopi merupakan komponen
terbesar dari pengolahan buah kopi yang sampai saat ini belum termanfaatkan. Kulit
buah kopi berpotensi sebagai salah satu sumber bahan pakan ternak ruminansia. Kandungan zat yang terdapat pada kulit buah kopi meliputi bahan kering 90%, lemak 1,8%, serat kasar 32,6%, protein kasar 9,7%, BETN 48,6%, dan abu 7,3%, (Murni et al. 2008).
Komponen dinding selnya dapat digunakan oleh ternak ruminansia sebagai sumber
energi (Russel et al., 2009).
Kulit buah kopi banyak mengandung karbohidrat dan protein.
Namun adanya senyawa kafein, tannin dan polifenol lainnya (asam kafeat dan
klorogenat) memiliki efek gangguan bagi pertumbuhan hewan bila ditambahkan
dalam ransum pakan (Porres et al,,
1993). Adanya tannin dan kafein menurunkan kesukaan dan palatabilitasnya bagi
ternak (Mazzafera 2002). Tannin pada
kulit buah kopi berkisar 1,80 - 8,56 % berat kering (Ellias, 1979). Pakan yang mengandung
tanin terkondensasi sebanyak 25,9 g/kg BK dalam Lotus corniculatus dan
dilaporkan mampu menurunkan emisi metan pada ternak sapi, (Woodward et al., 2001). Oleh
karena itu perlu dilakukan upaya untuk mendeaktivasi tannin dengan pemberian Polyethylene Glikol (PEG) pada kulit
buah kopi.
Penggunaan
PEG sebagai zat yang dapat berperan dalam deaktifasi telah banyak dilaporkan.
Getachew
(2004) menyatakan bahwa PEG memiliki sifat pengikat tannin yang sangat kuat
(strongly binds to tannin) sehingga dapat menghambat efek biologi dari tannin. PEG merupakan polimer
sintetik non nutritif yang memiliki aktifitas yang tinggi terhadap senyawa
fenolik, khususnya tanin sehingga dapat menonaktifkan dengan cara membentuk
komplek tanin-PEG, (Garrido et al.,
1991).
Polyethilene Glikol (PEG) dengan bobot molekul 4000
adalah deterjen bukan ion yang dapat membentuk ikatan kompleks yang stabil
dengan tanin terhidrolisa dan tanin terkondensasi pada pH 2,00-8,50 (Silanikove
et al., 1996). Senyawa PEG dapat digunakan untuk
memperbaiki nilai nutrisi pakan yang mengandung tanin.Senyawa PEG dapat
menanggulangi pengaruh gangguan dari tanin terkondensasi pada pakan (Palmer dan
Jones, 2000).
Senyawa PEG
6000 sebanyak satu gram dan polyvinylpyrrolidone (PVP) sebanyak 0,50 g
tidak mempengaruhi produksi gas pada sampel jerami gandum 0,50 g dan hay 0,50 g
yang bebas dari tanin. Senyawa PEG dengan bobot molekul 6000 paling efektif
dalam mengikat tanin pada pH mendekati netral. Senyawa PEG dengan bobot molekul
4000 dan 6000 pempunyai pengaruh yang sama dalam meningkatkan produksi gas dari
pakan yang mengandung tanin tinggi saat diinkubasikan secara in vitro (Makkar
et al., 1995). Untuk semua tanin, ikatan PEG semakin kuat dengan semakin
tingginya bobot molekul PEG. Ikatan antara tanin dan PEG secara maksimal pada
pH netral. Ikatan kompleks PEG dan tanin tidak dapat larut dalam air mendidih,
beberapa pelarut organik dan larutan deterjen asam dan deterjen netral
(Silanikove et al., 1996).
Penambahan PEG
meningkatkan fermentasi secara in vitro, kecernaan dan energi
termetabolis (Salem et al., 2007). Hasil penelitian Tiemann et al.
(2008) menunjukkan bahwa peningkatan dosis PEG menyebabkan peningkatan produksi
gas pada C. calothyrsus dan F. macrophylla tetapi tidak terjadi
pada L. leucocephala. Rasio PEG dan tanin terkondensasi yang disarankan
untuk berbagai spesies adalah 1 : 1. Perbandingan ini cukup untuk menurunkan
efek tanin terkondensasi.
Penelitian ini
bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian Polyethilene
Glikol (PEG) pada kulit buah kopi terhadap
kecernaan bahan kering, kecernaan bahan organik dan serat kasar secara in vitro. Penelitian ini juga diharapkan
dapat memberikan informasi tentang degradabilitas limbah berserat tinggi serta
teknik pengolahannya agar dapat digunakan sebagai bahan pakan ternak
ruminansia.
1.2 Perumusan Masalah
Kulit buah kopi merupakan salah satu limbah
yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan alternatif untuk ternak ruminansia.
Namun pemanfaatan kulit buah kopi mempunyai faktor pembatas karena mengandung
tanin. Agar pakan berbasis kulit kopi lebih baik diperlukan pemberian Polyethilene Glikol (PEG), dengan
penambahan PEG diharapkan dapat mendeaktivasi tanin dan meningkatkan kecernaan.
1.3 Hipotesis
Pemberian Polyethilene Glikol (PEG) pada kulit buah
kopi dapat meningkatkan kecernaan bahan kering, kecernaan bahan organik dan
serat kasar secara in vitro.
1.4 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh pemberian Polyethilene Glikol (PEG)
pada kulit buah kopi terhadap kecernaan bahan kering, bahan organik dan serat
kasar secara in vitro.
1.5 Manfaat
Dari hasil penelitian
ini diharapkan penggunaan PEG) dapat digunakan sebagai informasi tentang
penggunaan kulit buah kopi sebagai pakan alternatif.
Download Dokumen ini dengan klik DISINI ....