PENGARUH PENGGANTIAN RUMPUT ALAM DENGAN DEKANTER SAWIT TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING, BAHAN ORGANIK DAN SERAT KASAR SECARA IN VITRO
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Peternakan
merupakan sektor penyumbang terbesar dalam penyediaan kebutuhan pangan
khususnya kebutuhan protein hewani. Kebutuhan protein hewani semakin meningkat,
seiring dengan pertambahan penduduk, meningkatnya pengetahuan, peningkatan
pendapatan serta kesadaran akan pentingnya kebutuhan protein dalam kehidupan
manusia. Ternak ruminansia berperan besar dalam memproduksi protein hewani yang
dibutuhkan manusia. Untuk memenuhi kebutuhan protein tersebut diperlukan jumlah
ternak yang cukup besar. Namun, faktor produksi ternak masih terkendala dengan
ketersediaan bahan pakan hijauan untuk ternak, karena terbatasnya lahan untuk
penanaman hijauan.
Untuk mengatasi
permasalah tersebut, harus diupayakan mencari pakan alternatif yang potensial,
murah dan mudah diperoleh serta terus tersedia sepanjang tahun. Dalam hal ini
limbah perkebunan merupakan pakan alternatif yang dapat digunakan sebagai pakan
ternak ruminansia. Usaha perkebunan, termasuk kelapa sawit menghasilkan banyak
jenis produk samping yang memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan sebagai
bahan pakan. Salah satu limbah industri kelapa sawit yang cukup potensial
digunakan sebagai pakan ternak ruminansia adalah dekanter sawit.
Dekanter sawit
adalah produk
akhir dari proses pengolahan
tandan buah segar (TBS) di pabrik dengan menggunakan sistem decanter yang menghasilkan padatan
lumpur dengan kelembapan yang tinggi dan bersifat asam. Dekanter sawit diproses setelah
melalui proses penuangan (decanting),
sentrifus (centrifuging) dan
dilanjutkan dengan pengeringan (frying)
sebuah sistim (Southworth, 1985).
Propinsi Jambi mempunyai potensi sebagai penyediaan dekanter sawit.Ketersediaan dekanter sawit di Propinsi Jambi
cukup memadai disebabkan luasnya lahan perkebunan kelapa sawit dan banyaknya
pabrik pengolahan minyak kelapa sawit. Berdasarkanhasil statistik Disbun (2015), jumlah produksi TBSProvinsi
Jambipada tahun 2014 sebesar 1.571.535 ton.Utomo (2001)menyatakan bahwa jumlah
dekanter sawit adalah kira-kira 3%
dari total berat TBS,
jadi diperkirakan produksi dekanter
sawit
di Propinsi Jambi pada tahun 2014
sebesar47.146 ton.
Kandungan nutrisi dekanter sawit yaitu bahan kering
24,08%, protein kasar 14,58%, serat kasar 35,88%, lemak kasar 14,78%, kalsium
1,08%, dan fosfor 0,25% (Mathius et al.,
2004).
Disamping ketersediaan dekanter sawit yang cukup melimpah, dekanter sawit mempunyai kelemahan yaitu mudah menjadi tengik apabila dibiarkan dilapangan terbuka dan tidak
segera dimanfaatkan ataupun diolah.
Utomo dan Widjaja (2004)menyatakan bahwa dekanter sawitmasih mengandung 1,50% CPO sehingga akan
mudah menjadi tengik dan mudah ditumbuhi kapang yang berwarna keputihan. Hal ini
mungkin disebabkan oleh kandungan asam oleat sebagai asam lemak tak jenuh utama
dalam dekanter sawit
dan asam lemak tak jenuh yang lainnya (Afdal et al., 2011). Afdal et al., (2012b) menambahkan bahwa ketengikan mungkin
juga disebabkan oleh tingginya kandungan mineral Fe dan Cu yang mengoksidasi asam lemak.Afdal et al., (2012a) merekomendasikan
penggunaan antioksidan sebagai
salah satu cara untuk mengatasi ketengikan sehingga dapat digunakan sebagai
pakan ternak. Pembuatan dekanter
sawit menjadi CFB (complete feed block) atau disimpan kedalam kantong plastik
dengan meminimumkan oksigen yang masuk dapat menambah daya simpan (Utomo dan Widjaja,
2004).
Beberapa penelitian
telah dilakukan untuk pemanfaatan dekanter
sawit
sebagai sumber bahan pakan alternatif.Dekanter sawit dapat dipertimbangkan sebagai sumber
alternatif pakan yang bagus dimana mengandung zat gizi yang cocok untuk ternak(Chalvalparit et al., 2006;Utomo, 2001).Afdal et al., (2012a) telah menguji
palatabilitas dekanter sawityang
diawetkan dengan tepung kayu manis terhadap ternak kambing yang menunjukkan bahwa adanya peningkatan palatabilitas
dibandingkan dengan dekanter tanpa pengawetan tepung kayu manis.
Dekanter sawit
juga telah digunakan sebagai bahan pakan untuk ternak sapi (Pimpa et al., 2009;Utomodan Widjaja, 2004)
dan itik (Sinurat et al.,
2000;Yunilas et al., 2006).Widjaja dan Utomo (2006) memanfaatkan dekanter sawit
sebagai pakan suplemen sapi potong di kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan
Tengah. Dekanter sawit dapat menggantikan penggunaan dedak padi dalam ransum
sapi potong serta menberikan pengaruh positif terhadap konsumsi ransum, kadar
lemak susu dan efisiensi penggunaan energi dan protein (Widyati et al., 1992).
Namun
demikian, belum diketahui apakah dekanter sawit dapat
menggantikan rumput alam hingga taraf 100% dan bagaimana pengaruhnya terhadap
kecernaan In Vitro.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui kecernaan dekanter sawit dan rumput alamsecara In Vitro.
1.3 Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian
ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi tentang penggunaan dekanter sawit sebagai pakan alternatif.
Download Dokumen ini dengan klik DISINI ....